Herbis Expedition Alih Status Menjadi Anggota Penuh Mapala Untan

Ekspedisi wajib  merupakan salah satu syarat menjadi anggota penuh MAPALA UNTAN. Ekpedisi ini didasari 3 pilar Tri Dharma perguruan tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan serta pengabdian pada masyarakat. Pendakian gunung di atas 1000 MDPL juga menjadi salah satu syarat dari badan pengurus untuk melakukan ekspedisi wajib.

 

            Tahun ini ada sebanyak 10 anggota muda angkatan 38 yang mengikuti ekspedisi wajib di antaranya yaitu Dedi Sugiyanto sebagai ketua tim dan anggotanya yaitu Lusiana Rosianti, Sarina, Gresi Yovany Purba, Choesy Ananda Adrianti, Yuviana Sunacin Usun, Ari Samudra, Wisnu Prayitno dan Kresensia Tri Aulia. Ekspedisi yang bernama Herbis Expedition ini di lakukan di Dusun Keyayo, Desa Pantok, Kecamatan Nanga Taman, Kabupaten Sekadau pada tanggal 25 Juli – 05 Agustus 2022.

            Dengan dilaksanakannya upacara keberangkatan yang dihadiri senior MAPALA UNTAN baik anggota biasa maupun anggota luar biasa, tim Herbis Expedition resmi diberangkatkan ke Dusun Keyayo tempat tim melakukan ekspedisi.

            Ekspedisi ini menempuh perjalanan yang panjang dari Pontianak menuju Dusun Keyayo karena dusun yang berada jauh dari pusat kota. Saat menginjakkan kaki di Dusun Keyayo, tim banyak disuguhi pemandangan yang sangat indah, seperti pegunungan yang ada di setiap sudut desa dan salah satu objek wisata yaitu Riam Bato Jato yang berada di Desa Pantok. Keindahan alam yang masih asri  dan tumbuhan hijau yang masih lebat menjadi bonus bagi tim ketika melakukan ekspedisi wajib di Dusun Keyayo.

Waktu 12 hari Tim herbis telah selesai melakukan 4 rangkaian kegiatannya untuk memenuhi syarat menjadi anggota penuh MAPALA UNTAN yaitu pengabdian pada masyarakat di Dusun Keyayo, pendidikan dan pengajaran di SDN 33 Keyayo, Penelitian pemanfatan tumbuhan obat sebagai obat tradisional, dan pendakian gunung Naning 1240 MDPL. Upacara pengukuhan anggota tim herbis di laksanakan di puncak Gunung Naning di dampingi oleh 2 orang mentor dari MAPALA UNTAN.

Ekpedisi ini tidak akan bisa sukses tanpa adanya persiapan yang begitu matang seperti latihan fisik, penambahan materi dari MAPALA UNTAN, pengumpulan dana, penyusunan proposal, peresentasi proposal pencarian informasi dan perizinan.

Terimakasih kepada Universitas Tanjungpura, Yayasan Kehati, Bw Kehati, Surya Nation, Terminal Konveksi, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan, Dinas Lingkungan Hidup Dan Kehutanan, serta media partner dari Tribun Pontianak yang telah membantu menyukseskan kegiatan ekspedisi wajib tim Herbis Expedition. Tidak lupa juga tim berterimakasih kepada semua anggota MAPALA UNTAN baik anggota biasa maupun luar biasa yang tidak pernah lelah memberikan masukan dan saran dalam kegiatan ini.



Mahasiswa Pencinta Alam Se-Indonesia Gelar Temu Wicara Kenal Medan ke-32

Peran konkrit mapala di Indonesia terhadap penyelamatan ekosistem laut direalisasikan melalui kegiatan Temu Wicara dan Kenal Medan (TWKM) XXXII

Temu Wicara dan Kenal Medan (TWKM) Mahasiswa Pencinta Alam Tingkat Perguruan Tinggi se-Indonesia ke XXXII yang diselenggarakan oleh Mahasiswa Pencinta Alam (MPA) Khaniwata Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Jawa Barat, pada tanggal 6-12 Juni 2022 telah sukses digelar. Kegiatan TWKM ke XXXII ini mengusung tema “Konsistensi Mahasiswa Pencinta Alam di Masa Pandemi Terhadap Penyelamatan Ekosistem Laut”. Temu Wicara dan Kenal Medan (TWKM) merupakan forum tertinggi Mahasiswa Pencinta Alam Tingkat Perguruan Tinggi se-Indonesia. Sebagai wadah komunikasi nasional, diharapkan dalam kegiatan ini dapat menampung gagasan-gagasan pemikiran sebagai upaya pelestarian alam dan lingkungan hidup

Tujuan diselenggarakannya TWKM ke XXXII yaitu sebagai forum berkumpulnya Mahasiswa Pencinta Alam seluruh Indonesia untuk membicarakan pelestarian alam Indonesia sebagai sebuah aset bangsa yang harus dijaga keberadaannya, serta mendorong pembangunan berkelanjutan tanpa harus mengorbankan potensi dan sumber daya alam yang ada.

Adapun tujuan khusus kegiatan ini yaitu menumbuhkan kesadaran dan sikap kritis Mahasiswa Pencinta Alam Indonesia terhadap permasalahan lingkungan, meningkatkan peran serta Mahasiswa Pencinta Alam dalam permasalahan lingkungan dan organisasi kepencintaalaman; meningkatkan wawasan di bidang kepencintaalaman; mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi; menumbuhkan persatuan, kesatuan dengan persaudaraan antar Mahasiswa Pencinta Alam, sebagai implementasi Kode Etik Mahasiswa Pencinta Alam Indonesia; dan memberikan solusi nyata bagi permasalahan organisasi Mahasiswa Pencinta Alam, masyarakat dan bangsa

Indonesia dan kemaritimannya

Indonesia selain merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki sekitar 17.000 pulau di wilayahnya, juga merupakan negara dengan keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia (marine mega-biodiversity). Potensi sumberdaya laut yang melimpah tersebut diikuti dengan laju kerusakan ekosistem perairan akibat ulah tangan manusia. Fakta yang sangat mengejutkan adalah bahwa Indonesia merupakan negara nomor dua di dunia dengan pencemaran sampah plastik terbanyak di lautan. Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) mencatat bahwa setiap tahunnya sebanyak 1,29 juta ton sampah dibuang ke sungai dan bermuara ke laut. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13.000 plastik mengapung disetiap kilometer persegi disetiap tahunnya. Permasalahan inilah yang dibahas bersama dalam forum Temu Wicara selama sepekan kegiatan.

Kontribusi mapala di Kalbar untuk penyelamatan ekosistem laut

Kelvin Pratama, Ketua Umum MAPALA UNTAN Periode 2021/2022 yang mengikuti kegiatan tersebut mengatakan bahwa TWKM kali ini dihadiri oleh 276 perwakilan Organisasi Mahasiswa Pencinta Alam Tingkat Perguruan tinggi dari Sabang sampai Merauke. “MAPALA UNTAN sebagai salah satu bagian dari organisasi kemahasiswaan yang bergerak di bidang kepencintaalaman di Kalimantan Barat juga turut serta berpartisipasi dalam kegiatan ini dalam semangat kebersamaan,” ujarnya.

Selama hampir sepekan kegiatan, berbagai rangkaian kegiatan digelar sesuai agenda yang telah ditetapkan. Hari pertama dilakukan Pembukaan Kegiatan dan dilanjutkan dengan Diskusi Panel mengenai lingkungan bertajuk “Save Marine Ecosystem” yang mengundang pembicara dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat serta Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Jawa Barat. Agenda hari kedua adalah Sidang Temu Wicara (TW) yang membahas segala bentuk pelaksanaan kegiatan, tata tertib kegiatan, dan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kegiatan sebelumnya. Kemudian dilanjutkan dengan Sidang Komisi yang membahas tatalaksana dan isu lingkungan yang akan diangkat pada TWKM selanjutnya.

Sidang dilanjutkan dengan agenda memilih Pusat Koordinasi di tingkat nasional maupun di tingkat daerah. Untuk di tingkat nasional, Pusat Koordinasi Nasional (PKN) terpilih adalah PALAWA UNPAD (Universitas Padjadjaran) Jawa Barat menggantikan MARPALA UBK (Universitas Bung Karno) DKI Jakarta. Sedangkan di tingkat daerah, khususnya Provinsi Kalimantan Barat, Pusat Koordinasi Daerah (PKD) diamanahkan kepada GMPA Cagar Gaspasi IKIP-PGRI Pontianak menggantikan MAPALA Enggang Gading IAIN Pontianak. Terakhir, kegiatan sidang dilanjutkan dengan pemilihan tuan rumah penyelenggara TWKM ke XXXIII dengan hasil MAHAGAPA Universitas Gajah Putih Aceh terpilih sebagai tuan rumah dengan isu lingkungan yang diusung yakni “Gerakan Aceh Merdeka Dari Tambang”. 

Selain Sidang Temu Wicara, panitia pelaksana mengadakan workshop kepencintaalaman dengan pemaparan materi mengenai Divisi Lingkungan Hidup oleh BKSDA Jawa Barat, Divisi Caving oleh Hikespi, Divisi Rock Climbing oleh Vertikal Rescue, dan Divisi Rafting oleh FAJI Jawa Barat. Workshop ini menggantikan sementara kegiatan Kenal Medan (KM) dikarenakan masih dalam situasi pandemi.

Penutupan kegiatan diselenggarakan di Pantai Sidangkerta yang berlokasi di Desa Sindangkerta, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Rangkaian kegiatan penutupan diselingi dengan kata sambutan MAHAGAPA Universitas Gajah Putih Aceh selaku tuan rumah selanjutnya TWKM ke XXXIII 2023. Kemudian kegiatan dilanjukan dengan penanaman mangrove dan pelepasan tukik (anak penyu) serta hiburan band saat malam hari.














MAPALA UNTAN ikuti Biodiversity Warior KEHATI


BW Camp atau Biodiversity Warior Camp merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Yayasan KEHATI dan Biodiversity Wariors KEHATI yang bertujuan untuk memberikan pembekalan pengetahuan dan peningkatan kapasitas kepada anggota BW KEHATI terpilih mengenai isu biodiversitas serta perencanaan dan implementasi program biodiversitas yang lebih terstruktur, berdampak dan berkelanjutan. 

Kegiatan BW Camp tahun 2021 dilaksanakan pada tanggal 10 – 13 Desember 2021 yang berlokasi di Discovery Hotel, Ancol, Jakarta dan Kampung Eduwisata Kebun Kosong, Kemayoran.

Peserta yang mengikuti kegiatan ini berjumlah 18 orang terdiri dari BW KEHATI UNTAN (Arjun Farmando Saragih, Putri Lestari), BW KEHATI LSPR (Sagita Natasya Siagian, Joylitia Kezia Kristianto), BW KEHATI Institut Pertanian Bogor (Zufar Fauzan, Yaumud Raiyardhi, Andiansah Rahmat Mukorobin), BW KEHATI Universitas Andalas (Idhkam Khalik, Elsa), BW KEHATI Universitas Indonesia (Aditya Pratama, Firli Rahman Hakim Fauzi, Maghfira Nadya Salsabila), BW KEHATI Universitas Mulawarman (Topan karim, Gresya Munda), BW KEHATI Universitas Gajahmada (Aloysiana Intan O.D dan Joanna Christie Tan), dan BW KEHATI Universitas Negeri Jakarta (Farizki Setyo Bawono, Nurul Izzati Purnamasari). Kegiatan BW Camp pada tahun ini bertemakan “ Building Indonesian Biodiversity Agents of Change “. 

Pada kegiatan BW Camp ini kami diberikan pemaparan terkait kondisi keanekaragaman Hayati yang ada di Indonesia, tantangan yang akan dihadapi kedepannya dan implementasi dari sebuah kebijakan yang diperlukan. Kemudian setelah dipaparkan keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia, kami langsung diberikan pelatihan pembuatan perencanaan dan pengembangan program Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan Hidup. Dimana pada pelatihan  ini kami diajarkan konsep apa yang digunakan ketika ingin membuat program kerja. Konsep yang disampaikan oleh Bang Naufal selaku pemateri adalah konsep Sustainable Livelihood Approach (SLA) atau biasa juga disebut dengan Pendekatan Penghidupan Lestari (PPL). Selain konsep tersebut, kami juga di ajarkan metode dalam melakukan riset ketika melakukan social mapping. Ada tiga (3) metode yang disampaikan antara lain ; Desk Review (mengulas kembali), In-Depth Interview (mewawancarai secara mendalam) dan Observation (observasi). Tiga metode inilah yang digunakan ketika ingin melakukan riset. 

Pelatihan ini juga menjadi kesempatan bagi kami untuk mengetahui bagaimana melakukan social mapping pada suatu lokasi dan poin apa saja yang akan kami ambil. Ada lima (5) poin yang menjadi bagian  penting saat kita melakukan  social mapping antara lain ; Human assets, Sosial assets, Natural assets, Physical assets dan Financialcassets. Kemudian setelah melakukan social mapping kami wajib tahu masalah dan potensi apa yang ada dilokasi tersebut. Dengan diketahuinya masalah dan potensi yang ada dilokasi tersebut maka kami dapat menuangkan ide gila untuk menyelesaikan masalah yang ada. Kemudian dari ide gila yang dibuat, maka dikelompokan kedalam Impact Effort Matrix Powerpoint Template  dimana dapat kami ketahui usaha atau dampak dari ide yang kami buat. Kemudian yang harus diketahui dari ide-ide tersebut adalah goal statement nya dan teori perubahan yang diinginkan agar masalah yang ada dapat terselesaikan dengan adanya hasil atau dampak yang berkelanjutan. Kemudian dalam menjalankan program kerja perlun dilakukan monitoring dan evaluasi agar dapat diketahui sejauh mana perkembangan dari program tersebut. Bagian dari terakhir pelatihan ini adalah kami dilatih untuk membuat sosial program dengan model kanvas dimana terdapat sembilan (9) kunci dalam membuat model kanvas antara lain ; target comunity, valeu propositions, impacts, revenue streams, chanels, needs, key partner, key resources dan  key activities. 

Hari kedua pelatihan kami diarahkan untuk melakukan observasi di Kampung Eduwisata Jl. Komplek Angkasa Pura RT 014 RW 006 Kelurahan Kebon Kosong Kecamatan Kemayoran Kota Administrasi Jakarta Pusat. Sebelum melakukan observasi ada perlu kami lakukan antara lain ; Pahami terlebih dahulu program sosial mereka, petakan potensi, masalah, tantangan hingga kebutuhan mereka, temukan How Might We, cari ide-ide solusi untuk kampung ini, nilai ide solusi mana yang paling cocok dan kenapa. Observasi yang kami lakukan untuk mencari permasalahan yang ada di Kampung Eduwisata tersebut dengan mewawancarai pengurus/relawan kampung eduwisata. Setelah melakukan observasi dan mengetahui permasalahan yang ada kami diwajibkan untuk membuat ide-ide gila (solusi) yang bisa menyelesaikan permasalahan yang ada. Kemudian permasalahan dan solusi yang kami dapatkan dipresentasikan dihadapan pengurus/relawan kampong eduwisata dan dari solusi yang disampaikan kami mendapatkan apresiasi dari pengurus kampung eduwisata tersebut. 




(Arjun Farmando Saragih)


PENANAMAN MANGROVE MAPALA UNTAN


Mangrove merupakan salah satu ekosistem wilayah pesisir yang mempunyai beberapa fungsi dan peranan, baik dari segi ekologi, sosial maupun ekonomi. Secara Ekologi Mangrove berperan sebagai habitat berbagai jenis organisme, penghasil bahan organik yang tinggi, sebagai penghasil oksigen atau paru-paru kota, pelindung pantai dari abrasi dan tsunami, serta penahan intrusi air laut ke darat. Hilang dan rusaknya kawasan tersebut akan dapat menimbulkan bencana besar, tidak saja terhadap kehidupan manusia di daratan, tetapi juga terhadap kehidupan keanekaragaman hayati di lautan. Salah satu kerugian yang ditimbulkan akibat rusaknya ekosistem mangrove adalah abrasi laut di pesisir pantai. Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan pelestarian ekosistem mangrove yaitu dengan melakukan reboisasi (penanaman) mangrove di pesisir pantai.
Sebagai organisasi yang berfokus pada kegiatan pecinta alam, MAPALA UNTAN bekerjasama dengan BW KEHATI UNTAN melakukan kegiatan penanaman mangrove yang berlokasi di Ekowisata Telok Bediri yaitu di Desa Sungai Kupah, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Kegiatan Penanaman ini dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2021 yang juga diikuti oleh UKM-UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) lain di lingkungan Universitas Tanjungpura serta seluruh Mahasiswa Pecinta Alam di wilayah Pontianak. Kegiatan ini bertujuan untuk memperbanyak vegetasi mangrove di lingkungan tersebut, sehingga menambah keindahan ekowisata dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Selain untuk ekowisata, kegiatan penanaman ini juga bertujuan untuk menambah rasa kepedulian mahasiswa maupun masyarakat sekitar terhadap kelestarian lingkungan alam. 

Dengan adanya kegiatan ini diharapkan  mahasiswa serta masyarakat memiliki rasa kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. Kegiatan ini mendapatkan respon yang baik dari masyarat sekitar serta mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini.



MAPALA UNTAN KENALKAN PRODUK TURUNAN DARI MANGROVE


Jumat 25 Juni 2021, dalam memperingati Hari Lingkungan Hidup, maka diadakanlah kegiatan Penyuluhan Pengelolaan Hasil Mangrove yang bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya hutan mangrove sebagai salah satu komoditi sumber daya laut yang bernilai ekonomi dan bermanfaat bagi masyarakat di desa Sungai Kupah juga meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait pengelolaan mangrove.

MAPALA UNTAN bekerjasama dengan BW KEHATI UNTAN melakukan kegiatan Penyuluhan Pengelolaan Hasil Mangrove yang berlokasi di Ekowisata Telok Bediri yaitu di Desa Sungai Kupah, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Kegiatan Penyuluhan ini dilaksanakan pada tanggal 25 Juni 2021 yang diikuti oleh PKK Desa Sungai Kupah, Ibu PKK Kecamatan Sungai Kakap, POKDARWIS Sungai Kupah, Pengelola Ekowisata Telok Berdiri dan Anggota MAPALA UNTAN.

Kegiatan dibuka dengan pemberian kata sambutan oleh ketua panitia dan ketua umum MAPALA UNTAN, dilanjutkan dengan pembacaan doa dan masuklah di kegiatan inti yaitu penyampaian materi pertama oleh ibu Siti Puji Lestari Ningsih, S.Si, M.Sc. yang membahas tentang penyuluhan pelestarian mangrove guna kehidupan yang berkelanjutan serta upaya apa yang dapat kita lakukan dalam bentuk aksi dari pelestarian mangrove.

Materi kedua dilanjutkan oleh  ibu Destiana, S.Hut. M.Sc, yang menyampaikan materi tentang Pengolahan Hasil Mangrove dengan bahasan jenis mangrove apa yang dapat diolah dan dapat diolah menjadi apa jenis mangrove tersebut, serta bagaimana upaya tindak lanjut masyarakat dalam penyuluhan ini. 

Penyampaian materi ini dilakukan dalam bentuk diskusi dan tampak masyarakat sangat antusias dibuktikan dengan diskusi antara pemateri dan peserta yang baik juga Kegiatan ini mendapatkan respon yang baik dari masyarakat sekitar yang mengikuti kegiatan ini dengan adanya keinginan bahwa ada tindak lanjut dari penyuluhan ini berupa praktek langsung pengolahan mangrove tersebut.