Kemarin kami memanjat, biar tak tampak basi ceritanya maka
saya bilang kemarin walaupun sudah lebih dari dua minggu yang lalu tepatnya 4
November 2015 lalu. Rekan-rekan Divisi Panjat Tebing MAPALA UNTAN saya hubungi
dan akhirnya sepakat untuk memanjat di Tebung Bunga. Tebing Bunga tak jauh
dari Base Camp Petualang Kere, cukup
ditempuh 2-2,5 jam perjalanan saja. Oh Bunga, tebing cantik untuk pemula. Karena
dari kami berlima hanya saya dan Ega yang pernah memanjat tebing bersama, sementara
Hendra alias Alang, Asmadi alias Madun dan si bungsu Risko alias Kunyil yang lebih
junior sering memanjat tebing namun hanya dengan teknik belay top rope. Setelah meminjam kendaraan roda empat dari salah
satu teman kuliah saya, kami melenggang menuju Bunga yang semakin tertutup
ketika kami tiba.
Malam itu perjalanan tak langsung ke tebing, bermalam
dirumah saya yang kebetulan tak jauh dari Bukit Bunga tempat beradanya Tebing
Bunga dengan ketinggian tebing ± 17 meter. Salah satu alasan yang
memperkuat kami bermalam dirumah adalah hemat gaya mahasiswa. Nikmatnya jadi
mahasiswa, membuat saya sulit melepaskan status itu. Dari rumah di Kampung
Kelapa Empat hanya butuh 15 menit dengan kendaraan roda dua, roda empat atau roda
enam sekalipun. Kecuali jika jalan kaki mungkin akan sedikit lama dan melelahkan.
Seperti biasa, izin dulu dengan tokoh masyarakat setempat Kepala Desa dan Ketua
Rukun Tetangga.
Hari itu cuaca cerah, Bunga yang semakin tertutup oleh
pepohonan tampak mengintip dari kejauhan. Ketika mendekat ke kaki tebing
ternyata sebelum kami ada yang mendahului kami memanjatnya. Para monyet tampak
sibuk berlarian karena kedatangan kami. Ada yang berjalan di teras tebing,
bergelantungan dipepohonan dan ada pula yang hanya memandangi mereka, “bisa jadi salah satu dari kami, hahaha”.
Delapan jam rencana memanjat kami gunakan dengan maksimal untuk belajar dan berbagi
ilmu bersama alamNya.
Kami membagi tim menjadi tiga, Tim A Madun dan Kunyil, Tim B
Alang dan Ega dan Tim S saya sendiri sebagai tukang foto. Saya lebih dulu
memasang tali pengaman statis untuk ascending dan descending. Sementara mereka
mengeset alat untuk membuat jalur artificial
climbing. Mereka berlomba siapa yang lebih efektif dan efisien dalam
melakukan pemanjatan dengan batas waktu 1,5 jam. Semua berjalan dengan aman
namun hanya bisa sampai di teras karena waktu 1,5 jam yang disepakati tak cukup
lama. Maklumlah karena kami masih dalam proses belajar. Satu persatu pengaman
dipasang, satu persatu pemanjat dari kedua tim naik dan satu persatu dari Tim
akhirnya selesai.
Kunyil yang merasa bungsu ingin mencoba menjadi leader karena ia baru mencoba sebagai cleaner saat Tim A memanjat. Belum begitu
sore jadi dipersilahkan. Pitch pertama
dicobanya di atas teras, hangging belay
disini tampak lebih sulit karena posisi duduk bisa namun sedikit sekali. Kami kesorean,
yang rencananya Madun dan Alang ikut memanjat kali ketiga ini namun hanya Madun
saja yang sekaligus cleaner. Belum selesai
juga, kamipun kemalaman. Hari gelap, matahari tenggelam di telan lautan.
Mereka semua mengaku tak puas memanjat kali ini karena hanya
satu hari. Berikutnya akan dicoba berhari-hari dengan tebing lain yang
bertebaran di Kalimantan Barat. Kami pulang, pulang kerumah saya kemudian
pulang ke Pontianak. Pengalaman di lapangan bertambah lagi, latihan yang baik
bagi seorang pemanjat adalah memanjat. Bisa dinding, tebing, pohon, bisa lihat fotonya disini.
lanjutkan bang...
ReplyDelete