Bagan Nelayan Pulau Kabung (Lihat dokumentasi lainnya disini) |
Lampu pemukiman penduduk di Pulau Kalimantan, Penata Kecil, Penata Besar, Randayan dan Lemukutan ditambah dengan cahaya dari bagan-bagan* nelayan gemerlap menghiasi pemandangan malam dari Pulau Kabung tempat kami berkegiatan sambil liburan kali ini. Agenda fun gathering yang dilaksanakan di Pulau Kabung ini merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan Peringatan Hari Bumi 2014 yang melibatkan Pengurus, Anggota Biasa dan Anggota Muda Mapala Untan. Kegiatan ini telah selesai dilangsungkan pada 14-16 Maret 2014 kemarin.
Pulau Kabung masuk dalam wilayah administrasi Dusun Tanjung Gundul, Desa Karimunting, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang. Saat ini Pulau Kabung masih belum begitu populer dibandingkan dengan Pulau Randayan dan Lemukutan yang sama-sama termasuk gugusan pulau dalam kecamatan Sungai Raya Kepulauan. Karena itu juga wisatawan lokal belum banyak yang melirik Pulau Kabung.
Pulau ini dibagi dengan 2 (dua) Rukun Warga (RW) dan 5 (lima) Rukun Tetangga (RT). Kegiatan yang dilaksanakan Mapala Untan di Pulau Kabung kali ini kali ini mengambil lokasi di RT 01/RW 05, yang dipimpin ibu Kartini selaku Ketua Rukun Tetangga (RT). Wanita Paruh Baya ini sudah lebih dari 20 tahun menghuni Pulau Kabung. Ia menuturkan walaupun belum terlalu populer dibanding Pulau Randayan dan Lemukutan namun bukan berarti sepi dari kunjungan luar yang ingin menikmati keindahan alam. Setiap akhir pekan dan hari libur selalu ada kunjungan wisatawan lokal yang datang menyambangi untuk sekedar camping, snorkling bahkan diving dan menikmati makanan hasil tangkapan nelayan baik udang, cumi, kepiting, ikan, kerang serta membaur dengan masyarakat yang sebagian besar adalah suku bugis pendatang. Sedikit disayangkan oleh Bu Kartini, karena kurangnya minat masyarakat untuk mengembangkan Pulau Kabung sebagai tujuan wisata ungkapnya.
Sebagian besar pantai Pulau Kabung adalah pantai berbatu, mulai dari batu sekecil jempol hingga sebesar rumah dan juga tebing vertikal dengan tinggi variatif 5-10 meter yang cocok untuk olahraga alam bouldering. Selain itu, beragam jenis terumbu karang dapat ditemukan di pulau ini, terlihat dari hasil pantauan kami dengan snorkelling dibibir pantai. Tak hanya sampai disitu, Pulau Kabung juga memiliki bukit yang cocok untuk belajar mendaki gunung bagi pemula dalam menerapkan materi dasar navigasi darat yang memiliki ketinggian 296 mdpl. Benar-benar mendaki dari titik 0 mdpl. Itulah yang menjadikan Pulau Kabung sebagai lokasi kegiatan Fun Gathering ini.
Masyarakat Pulau Kabung yang bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani cengkeh sangat ramah terhadap tamu dan pendatang yang berkunjung. Sebenarnya keramahan ini adalah salah satu modal utama bagi pengembangan pariwisata. Bagi yang ingin berkunjung, terdapat beberapa rumah kosong yang dapat digunakan untuk bermalam, salah satunya adalah milik Bu Kartini.
Penjemuran ikan teri hasil tangkapan di bagan (Lihat dokumentasi lainnya disini) |
Rumah-rumah penduduk juga memiliki bentuk bangunan khas masyarakat suku bugis pesisir dengan bentuk rumah panggung berbahan utama kayu dan papan, Ketinggian lantai rumah lebih kurang dua meter yang difungsikan untuk menyimpan peralatan melaut. Tak hanya itu, dikolong rumah dibuat lesehan untuk beristirahat siang dan bersantai sore hari yang menjadi tempat favorit warga untuk bercengkrama. Suasana adem akan dirasakan karena tertiup angin sepoi-sepoi pantai ditambah lagi dingin dari kayu dan papan bangunan yang menghantar dingin alam. Jika sendirian pastinya ngantuk hingga terlelap pulas.
Kembali kecerita perjalanan kegiatan ini, pada hari pertama, peserta berangkat dari sekretariat Mapala Untan dengan rute perjalanan dari Pontianak ke Teluk Suak menggunakan motor roda dua dengan jarak tempuh 115 Km dalam waktu 2,5 jam. Dermaga penyeberangan ke pulau Kabung juga tersedia di Pantai Samudra Indah.
Dengan motor air penyebrangan memakan waktu tempuh lebih kurang satu jam. Jadwal penyebrangan ke Pulau Kabung ini dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pukul 08.00 WIB dan pukul 14.00 WIB, jadwal itu dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengunjung jika telah melakukan pemesanan sebelumnya. Dermaga teluk Suak juga melayani tujuan Pulau Randayan dan Lemukutan. Tak hanya untuk wisatawan yang ingin ke gugusan pulau di Sungai Raya Kepulauan, dermaga ini juga merupakan dermaga utama yang digunakan penduduk pulau untuk aktifitas mereka. Jika beruntung selama penyebrangan penumpang motor air dapat melihat pemandangan ikan lumba-lumba yang bermain di kejauhan.
Pelayaran dengan motor air dimulai, perlahan salah satu pulau terbesar Indonesia semakin jauh namun tetap terlihat. Pulau-pulau kecil tampak mendekat menggoda jari untuk menekan tombol shoter kamera. Birunya air laut berkilau memantulkan cahaya matahari akan terasa menyilaukan, kacamata hitam akan jadi penangkalnya. Setibanya di pulau tujuan, dermaga utama yang merupakan penopang kehidupan nelayan menyambut kami bersama cerahnya terumbu karang yang seolah bergerak melambai seirama gerak air laut. Dermaga yang belum selesai dalam proses pembangunan ini mengharuskan kami untuk berhati-hati saat melewatinya. Sambil berjalan di dermaga mata menjadi liar memandangi pesona pulau ini. Tegur sapa dengan masyarakat pulau menghangatkan kedatangan kami. Rumah Bu Kartini selaku Ketua Rukun Tetangga (RT) manjadi tujuan pertama untuk perijinan.
Maksud dan tujuan sudah diketahui dan setelah diijinkan kami bergegas menuju arah barat Pulau Kabung dengan menyusuri pantai bebatuan. Setengah jam berlalu menyusur pantai, camp malam pertama yang langsung menghadap spot snorkeling yang jadi incaran didapat. Camp dibangun dengan dome dan aktivitas berlalu hingga malam menjelang. Diluar agenda utama, mencari kepiting menambah keseruan malam pertama kami di pulau Kabing. Sebagian dari kami disibukkan aktifitas malam untuk mendapatkan tambahan menu kepiting rebus. Memang tak banyak tapi cukup untuk cemilan sebelum tidur. Malam berlalu ditengah ketenangan suasana pantai dengan semilir angin dan suara ombak berhias cahaya bulan.
Hari kedua
Pagi itu fajar menyingsing dibalik bukit, setelah sarapan dengan semangatnya aktifitas fun gathering dilangsungkan. Mulai dengan bermain bola air, deep water soloing, snorkeling dan sharing tentang ilmu fotografi dengan materi yang didapat di Mapala Untan. Kegiatan berlangsung hingga siang hari. Sesekali motor air nelayan yang bekerja berlalu lalang tidak jauh dari camp kami. Belum puas memandangi terumbu karang, beberapa perserta kembali menikmatinya setelah makan siang.
Hari kedua ini kami migrasi menuju hiruk pikuk aktifitas warga. Mulai dari pukul 15.00 WIB camp indah dipantai yang penuh bebatuan kami tinggalkan menuju rumah Bu Kartini untuk membaur dengan warga. Berbagi cerita, mancing bersama hingga malam terakhir di Pulau Kabung terasa sangat berkesan dengan bakar cumi dan ikan serta berkumpul dengan pemuda setempat.
Hari ketiga
Tanpa terasa sudah dua hari kami lewati di Pulau Kabung. Ini pagi terakhir di pulau surga snorkeling yang ada di Kabupaten Bengkayang. Pagi yang cerah itu menjadi semakin menarik saat pemandangan yang sangat asing bagi kami dipertunjukkan oleh masyarakat, yaitu hamparan ikan teri dimasing-masing rumah penduduk yang dijemur untuk dikeringkan yang kemudian akan dipasarkan. Ikan teri tersebut adalah hasil tangkapan nelayan dari bagan-bagan yang dikelola bersama. Ternyata keributan warga tadi malam adalah aktifitas membawa ikan dari bagan ke daratan dengan sampan. Bagan beroperasi dengan pukat didalam air laut dan lampu diatasnya untuk menarik perhatian hewan laut, ketika hewan laut itu berkumpul mengejar cahaya barulah pukat diangkat. Hasil tangkapan itu biasanya berupa gerombolan ikan teri, cumi dan jenis ikan lainnya menyesuaikan musim pasang surut dan angin yang diperkirakan nelayan berdasarkan rasi bintang. Pengetahuan ini adalah kearigan lokal yang murni ilmu kelautan tradisional yang dimiliki nelayan Indonesia.
Packing persiapan pulang selesai dilakukan, salah satu rangkaian kegiatan Hari Bumi 2014 hampir berakhir. Sambil menunggu motor air jemputan milik Pak Muslimin yang dipesan kami berkumpul dirumah Bu Kartini. Tak lama berbincang jemputan datang, perbincangan diakhiri dengan foto bersama dan ucapan terima kasih banyak kepada beliau dan beberapa warga setempat. Semua berakhir dengan keceriaan, hingga tiba di Pontianak dengan selamat.
Inilah cara kami memperingati hari bumi kali ini, mendekatkan diri dengan alam agar membuka pikiran untuk tetap konsisten pada tujuan organisasi Mapala Untan pada pelestarian alam dan lingkungan hidup serta pengabdian pada masyarakat yang dalam kegiatan ini dilaksanakan dengan membaur bersama warga. Bersama kita tingkatkan kepedulian terhadap bumi, ketika kepedulian meningkat maka akan muncul tindakan untuk menjaga dan melindungi bumi yang hanya satu. Salam lestari...
*Bagan adalah sebuah sarana nelayan untuk menangkap ikan yang berbentuk menyerupai rangka tower berukuran +- 10x10 m2 dengan tinggi +- 7 mdpl yang ditengah bagian bawah terdapat pukat untuk mengangkat hasil tangkapan yang terletak dilaut dengan jarak variatif 50-100 meter dari bibir pantai.
Oleh:
Sy. Yulius Hadinata MPA-U. 0910278/TB
0 comments:
Post a Comment