MAPALA UNTAN ikuti Biodiversity Warior KEHATI


BW Camp atau Biodiversity Warior Camp merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Yayasan KEHATI dan Biodiversity Wariors KEHATI yang bertujuan untuk memberikan pembekalan pengetahuan dan peningkatan kapasitas kepada anggota BW KEHATI terpilih mengenai isu biodiversitas serta perencanaan dan implementasi program biodiversitas yang lebih terstruktur, berdampak dan berkelanjutan. 

Kegiatan BW Camp tahun 2021 dilaksanakan pada tanggal 10 – 13 Desember 2021 yang berlokasi di Discovery Hotel, Ancol, Jakarta dan Kampung Eduwisata Kebun Kosong, Kemayoran.

Peserta yang mengikuti kegiatan ini berjumlah 18 orang terdiri dari BW KEHATI UNTAN (Arjun Farmando Saragih, Putri Lestari), BW KEHATI LSPR (Sagita Natasya Siagian, Joylitia Kezia Kristianto), BW KEHATI Institut Pertanian Bogor (Zufar Fauzan, Yaumud Raiyardhi, Andiansah Rahmat Mukorobin), BW KEHATI Universitas Andalas (Idhkam Khalik, Elsa), BW KEHATI Universitas Indonesia (Aditya Pratama, Firli Rahman Hakim Fauzi, Maghfira Nadya Salsabila), BW KEHATI Universitas Mulawarman (Topan karim, Gresya Munda), BW KEHATI Universitas Gajahmada (Aloysiana Intan O.D dan Joanna Christie Tan), dan BW KEHATI Universitas Negeri Jakarta (Farizki Setyo Bawono, Nurul Izzati Purnamasari). Kegiatan BW Camp pada tahun ini bertemakan “ Building Indonesian Biodiversity Agents of Change “. 

Pada kegiatan BW Camp ini kami diberikan pemaparan terkait kondisi keanekaragaman Hayati yang ada di Indonesia, tantangan yang akan dihadapi kedepannya dan implementasi dari sebuah kebijakan yang diperlukan. Kemudian setelah dipaparkan keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia, kami langsung diberikan pelatihan pembuatan perencanaan dan pengembangan program Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan Hidup. Dimana pada pelatihan  ini kami diajarkan konsep apa yang digunakan ketika ingin membuat program kerja. Konsep yang disampaikan oleh Bang Naufal selaku pemateri adalah konsep Sustainable Livelihood Approach (SLA) atau biasa juga disebut dengan Pendekatan Penghidupan Lestari (PPL). Selain konsep tersebut, kami juga di ajarkan metode dalam melakukan riset ketika melakukan social mapping. Ada tiga (3) metode yang disampaikan antara lain ; Desk Review (mengulas kembali), In-Depth Interview (mewawancarai secara mendalam) dan Observation (observasi). Tiga metode inilah yang digunakan ketika ingin melakukan riset. 

Pelatihan ini juga menjadi kesempatan bagi kami untuk mengetahui bagaimana melakukan social mapping pada suatu lokasi dan poin apa saja yang akan kami ambil. Ada lima (5) poin yang menjadi bagian  penting saat kita melakukan  social mapping antara lain ; Human assets, Sosial assets, Natural assets, Physical assets dan Financialcassets. Kemudian setelah melakukan social mapping kami wajib tahu masalah dan potensi apa yang ada dilokasi tersebut. Dengan diketahuinya masalah dan potensi yang ada dilokasi tersebut maka kami dapat menuangkan ide gila untuk menyelesaikan masalah yang ada. Kemudian dari ide gila yang dibuat, maka dikelompokan kedalam Impact Effort Matrix Powerpoint Template  dimana dapat kami ketahui usaha atau dampak dari ide yang kami buat. Kemudian yang harus diketahui dari ide-ide tersebut adalah goal statement nya dan teori perubahan yang diinginkan agar masalah yang ada dapat terselesaikan dengan adanya hasil atau dampak yang berkelanjutan. Kemudian dalam menjalankan program kerja perlun dilakukan monitoring dan evaluasi agar dapat diketahui sejauh mana perkembangan dari program tersebut. Bagian dari terakhir pelatihan ini adalah kami dilatih untuk membuat sosial program dengan model kanvas dimana terdapat sembilan (9) kunci dalam membuat model kanvas antara lain ; target comunity, valeu propositions, impacts, revenue streams, chanels, needs, key partner, key resources dan  key activities. 

Hari kedua pelatihan kami diarahkan untuk melakukan observasi di Kampung Eduwisata Jl. Komplek Angkasa Pura RT 014 RW 006 Kelurahan Kebon Kosong Kecamatan Kemayoran Kota Administrasi Jakarta Pusat. Sebelum melakukan observasi ada perlu kami lakukan antara lain ; Pahami terlebih dahulu program sosial mereka, petakan potensi, masalah, tantangan hingga kebutuhan mereka, temukan How Might We, cari ide-ide solusi untuk kampung ini, nilai ide solusi mana yang paling cocok dan kenapa. Observasi yang kami lakukan untuk mencari permasalahan yang ada di Kampung Eduwisata tersebut dengan mewawancarai pengurus/relawan kampung eduwisata. Setelah melakukan observasi dan mengetahui permasalahan yang ada kami diwajibkan untuk membuat ide-ide gila (solusi) yang bisa menyelesaikan permasalahan yang ada. Kemudian permasalahan dan solusi yang kami dapatkan dipresentasikan dihadapan pengurus/relawan kampong eduwisata dan dari solusi yang disampaikan kami mendapatkan apresiasi dari pengurus kampung eduwisata tersebut. 




(Arjun Farmando Saragih)


0 comments:

Post a Comment