Mahasiswa Pencinta Alam Se-Indonesia Gelar Temu Wicara Kenal Medan ke-32

Peran konkrit mapala di Indonesia terhadap penyelamatan ekosistem laut direalisasikan melalui kegiatan Temu Wicara dan Kenal Medan (TWKM) XXXII

Temu Wicara dan Kenal Medan (TWKM) Mahasiswa Pencinta Alam Tingkat Perguruan Tinggi se-Indonesia ke XXXII yang diselenggarakan oleh Mahasiswa Pencinta Alam (MPA) Khaniwata Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Jawa Barat, pada tanggal 6-12 Juni 2022 telah sukses digelar. Kegiatan TWKM ke XXXII ini mengusung tema “Konsistensi Mahasiswa Pencinta Alam di Masa Pandemi Terhadap Penyelamatan Ekosistem Laut”. Temu Wicara dan Kenal Medan (TWKM) merupakan forum tertinggi Mahasiswa Pencinta Alam Tingkat Perguruan Tinggi se-Indonesia. Sebagai wadah komunikasi nasional, diharapkan dalam kegiatan ini dapat menampung gagasan-gagasan pemikiran sebagai upaya pelestarian alam dan lingkungan hidup

Tujuan diselenggarakannya TWKM ke XXXII yaitu sebagai forum berkumpulnya Mahasiswa Pencinta Alam seluruh Indonesia untuk membicarakan pelestarian alam Indonesia sebagai sebuah aset bangsa yang harus dijaga keberadaannya, serta mendorong pembangunan berkelanjutan tanpa harus mengorbankan potensi dan sumber daya alam yang ada.

Adapun tujuan khusus kegiatan ini yaitu menumbuhkan kesadaran dan sikap kritis Mahasiswa Pencinta Alam Indonesia terhadap permasalahan lingkungan, meningkatkan peran serta Mahasiswa Pencinta Alam dalam permasalahan lingkungan dan organisasi kepencintaalaman; meningkatkan wawasan di bidang kepencintaalaman; mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi; menumbuhkan persatuan, kesatuan dengan persaudaraan antar Mahasiswa Pencinta Alam, sebagai implementasi Kode Etik Mahasiswa Pencinta Alam Indonesia; dan memberikan solusi nyata bagi permasalahan organisasi Mahasiswa Pencinta Alam, masyarakat dan bangsa

Indonesia dan kemaritimannya

Indonesia selain merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki sekitar 17.000 pulau di wilayahnya, juga merupakan negara dengan keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia (marine mega-biodiversity). Potensi sumberdaya laut yang melimpah tersebut diikuti dengan laju kerusakan ekosistem perairan akibat ulah tangan manusia. Fakta yang sangat mengejutkan adalah bahwa Indonesia merupakan negara nomor dua di dunia dengan pencemaran sampah plastik terbanyak di lautan. Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) mencatat bahwa setiap tahunnya sebanyak 1,29 juta ton sampah dibuang ke sungai dan bermuara ke laut. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13.000 plastik mengapung disetiap kilometer persegi disetiap tahunnya. Permasalahan inilah yang dibahas bersama dalam forum Temu Wicara selama sepekan kegiatan.

Kontribusi mapala di Kalbar untuk penyelamatan ekosistem laut

Kelvin Pratama, Ketua Umum MAPALA UNTAN Periode 2021/2022 yang mengikuti kegiatan tersebut mengatakan bahwa TWKM kali ini dihadiri oleh 276 perwakilan Organisasi Mahasiswa Pencinta Alam Tingkat Perguruan tinggi dari Sabang sampai Merauke. “MAPALA UNTAN sebagai salah satu bagian dari organisasi kemahasiswaan yang bergerak di bidang kepencintaalaman di Kalimantan Barat juga turut serta berpartisipasi dalam kegiatan ini dalam semangat kebersamaan,” ujarnya.

Selama hampir sepekan kegiatan, berbagai rangkaian kegiatan digelar sesuai agenda yang telah ditetapkan. Hari pertama dilakukan Pembukaan Kegiatan dan dilanjutkan dengan Diskusi Panel mengenai lingkungan bertajuk “Save Marine Ecosystem” yang mengundang pembicara dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat serta Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Jawa Barat. Agenda hari kedua adalah Sidang Temu Wicara (TW) yang membahas segala bentuk pelaksanaan kegiatan, tata tertib kegiatan, dan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kegiatan sebelumnya. Kemudian dilanjutkan dengan Sidang Komisi yang membahas tatalaksana dan isu lingkungan yang akan diangkat pada TWKM selanjutnya.

Sidang dilanjutkan dengan agenda memilih Pusat Koordinasi di tingkat nasional maupun di tingkat daerah. Untuk di tingkat nasional, Pusat Koordinasi Nasional (PKN) terpilih adalah PALAWA UNPAD (Universitas Padjadjaran) Jawa Barat menggantikan MARPALA UBK (Universitas Bung Karno) DKI Jakarta. Sedangkan di tingkat daerah, khususnya Provinsi Kalimantan Barat, Pusat Koordinasi Daerah (PKD) diamanahkan kepada GMPA Cagar Gaspasi IKIP-PGRI Pontianak menggantikan MAPALA Enggang Gading IAIN Pontianak. Terakhir, kegiatan sidang dilanjutkan dengan pemilihan tuan rumah penyelenggara TWKM ke XXXIII dengan hasil MAHAGAPA Universitas Gajah Putih Aceh terpilih sebagai tuan rumah dengan isu lingkungan yang diusung yakni “Gerakan Aceh Merdeka Dari Tambang”. 

Selain Sidang Temu Wicara, panitia pelaksana mengadakan workshop kepencintaalaman dengan pemaparan materi mengenai Divisi Lingkungan Hidup oleh BKSDA Jawa Barat, Divisi Caving oleh Hikespi, Divisi Rock Climbing oleh Vertikal Rescue, dan Divisi Rafting oleh FAJI Jawa Barat. Workshop ini menggantikan sementara kegiatan Kenal Medan (KM) dikarenakan masih dalam situasi pandemi.

Penutupan kegiatan diselenggarakan di Pantai Sidangkerta yang berlokasi di Desa Sindangkerta, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Rangkaian kegiatan penutupan diselingi dengan kata sambutan MAHAGAPA Universitas Gajah Putih Aceh selaku tuan rumah selanjutnya TWKM ke XXXIII 2023. Kemudian kegiatan dilanjukan dengan penanaman mangrove dan pelepasan tukik (anak penyu) serta hiburan band saat malam hari.














0 comments:

Post a Comment